Semoga Bermanfaat

Kamis, 26 Mei 2011

Apresiasi Seni Teater

1.      Apresiasi Seni Teater
Berdasarkan pengelompokan menurut karakteristiknya, teater dibagi menjadi:
a.       Teater tradisional, bersifat sederhana, dan kedaerahan.
b.      Teater konvesional, bersifat sederhana, namun lebih manusiawi dan universal.
c.       Teater modern, dibagi:
1)      Kontemporer: lebih mengutamakan kesan (impresif) dan sensi daripada kewajaran adegan.
2)      Film: bersifat universal, manusiawi, realistis dan kompleks.
Namun dalam bab ini hanya akan dibicarakan mengenai teater tradisional.
Beberapa contoh teater tradisional antara lain:
a.       Bangsawan (Sumatera Utara).
b.      Randai (Sumatera Barat).
c.       Dermuluk (Sumatera Selatan).
d.      Makyong, Mendu (Riau, Kalimantan Barat).
e.       Mamanda (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur).
f.       Ubrug, Longser, Bonjet (Jawa Barat).
g.      Lenong, Topeng, Blantik (Betawi).
h.      Mansres (Indramayu), Sintren (Cirebon).
i.        Kethoprak (Yogya, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur).
j.        Wayang (Kulit atau Purwa, Orang, Topeng, Golek, Sungging, Gedog, Kidang Kencana, Menak, Klitik atau Krucil, Kulit Pejuangan, Kulit Kancil, Potehi, Cina,, atau Thithi, Beber, Madya, Tasripin, Suluh, Wahana, Pancasila, Wahyu) terbesar hampir diseluruh jawa.
k.      Dadung Awuk (Yogya).
l.        Kuda Lumping (Yogya, Solo, Jawa Tengah, Ponorogo, Jawa Timur), Srandul (Jawa Tengah, Jawa Timur).
m.    Ludrug, Kentrung (Jawa Timur), Drama Gong, Gambah, Arja, Topeng, Prembon (Bali).
n.      Topeng Dalang (Klaten, Jawa Tengah, Jawa Timur).
o.      Topeng (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura).
Dalam melakukan aktifitas berteater sangat perlu dibangun sebuah kerjasama segenap komponen yang tergabung dalam grup tersebut. Ada pun unsur-unsur yang terkait dalam keberhasilan pementasan teater adalah sebagai berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar